Berjogja.com – Sapi Gama, singkatan dari Gagah dan Macho, resmi ditetapkan sebagai rumpun sapi pedaging baru di Indonesia.
Inovasi ini lahir dari kolaborasi Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP), sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Pertanian RI No. 840/Kpts/HK.150/M/09/2025.
Dilansir dari laman resmii UGM, berikut sejumlah fakta menarik tentang Sapi Gama yang menjadi kebanggaan baru dunia peternakan Indonesia.
1. Hasil Riset Selama 13 Tahun
Sapi Gama merupakan hasil penelitian panjang selama sekitar 13 tahun yang dipimpin oleh Prof. Ali Agus dari Fakultas Peternakan UGM.
Riset ini dilakukan untuk menciptakan sapi pedaging unggul yang sesuai dengan kondisi tropis di Indonesia.
2. Kolaborasi Akademisi dan Industri
Pengembangan Sapi Gama menjadi contoh nyata sinergi antara dunia akademik dan industri.
UGM bekerja sama dengan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) dalam proses penelitian, pengembangbiakan, hingga pengujian kualitas.
3. Persilangan Belgian Blue dan Brahman Cros
Sapi Gama merupakan hasil persilangan pejantan Belgian Blue dengan induk Brahman Cross terseleksi.
Kombinasi ini menghasilkan sapi yang berotot ganda, bertulang kecil, dan memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan tropis.
4. Adaptif di Iklim Tropis
Salah satu keunggulan utama Sapi Gama adalah kemampuannya beradaptasi dengan baik di iklim panas. Hal ini membuatnya ideal untuk dikembangkan di berbagai wilayah Indonesia tanpa memerlukan perlakuan khusus seperti sapi impor.
5. Lahir dengan Bobot Ideal
Berat lahir anak Sapi Gama rata-rata 36 kilogram, lebih ringan dibanding Belgian Blue yang mencapai 40–60 kilogram.
Ukuran ini membantu mengurangi risiko kesulitan melahirkan, yang selama ini menjadi kendala utama pada sapi pedaging luar negeri.
6. Pertumbuhan Cepat dan Berotot Ganda
Meski lahir dengan bobot kecil, Sapi Gama memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Dalam usia 2,5 tahun (30 bulan), bobotnya bisa mencapai 700–800 kilogram.
Ciri khasnya adalah otot ganda (double muscle) yang menjadikan dagingnya tebal dan padat.
7. Kualitas Daging Premium
Sapi Gama menghasilkan karkas (daging siap olah) dengan persentase tinggi, yakni lebih dari 65 persen bahkan bisa mencapai 68 persen.
Artinya, sebagian besar tubuh sapi ini terdiri dari daging berkualitas premium dengan sedikit lemak.
8. Mendukung Kemandirian Daging Nasional
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Budi Guntoro, menegaskan bahwa pengembangan Sapi Gama merupakan bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia.
Diharapkan, sapi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor dan memperkuat produksi daging lokal.
Sapi Gama menjadi bukti bahwa hasil riset anak bangsa mampu melahirkan inovasi nyata yang mendukung ketahanan pangan nasional.
Lebih dari sekadar sapi pedaging, Sapi Gama adalah simbol kemajuan ilmu peternakan dan kolaborasi antara perguruan tinggi serta industri di Indonesia.